Oleh: Laksma TNI (Purn) Jaya Darmawan, M.Tr.Opsla.,
Jakarta, 27 Januari 2025 – Sebuah studi terbaru yang dilakukan oleh Laksma TNI (Purn) Jaya Darmawan, M.Tr.Opsla., seorang ahli Survei Hidro-Oseanografi Kelas “A” (IHO), mengungkapkan fenomena pergerakan Pulau Jawa ke arah utara dengan kecepatan sekitar 2 cm per tahun. Temuan ini didasarkan pada data empiris dan analisis hidro-oseanografi yang komprehensif.
Studi tersebut menjelaskan bahwa pergerakan ini merupakan hasil dari interaksi kompleks antara proses sedimentasi di utara dan abrasi di selatan Pulau Jawa. Di selatan, Samudra Hindia dengan kedalaman mencapai 9.000 meter menghasilkan gelombang dan arus laut yang kuat, diperparah oleh pengaruh Arus Ekman dan Arus Geostropik serta aktivitas tektonik Lempeng Indo-Australia yang menunjam di bawah Lempeng Eurasia. Kondisi ini menyebabkan abrasi signifikan di garis pantai selatan.
Sebaliknya, di utara, Laut Jawa yang dangkal (kurang dari 100 meter) dan relatif tenang menerima sedimen besar dari sungai-sungai utama di Pulau Jawa, seperti Ciliwung, Bengawan Solo, dan Brantas. Akumulasi sedimen ini menyebabkan pendangkalan dan pertambahan luas daratan di wilayah utara. Data batimetri dan citra satelit Landsat sejak tahun 1980-an mendukung temuan ini, menunjukkan pertambahan luas daratan di utara, bukan pengurangan akibat abrasi.
Studi ini juga membantah klaim yang menyebutkan abrasi di utara Jakarta, khususnya di sekitar Pantai Indah Kapuk (PIK) 2, yang konon menyebabkan pembangunan pagar laut sejak tahun 1982. Laksma Darmawan mengemukakan bahwa tidak ada bukti ilmiah yang mendukung klaim tersebut. Data batimetri menunjukkan pendangkalan, bukan abrasi. Lebih lanjut, tidak ditemukan bukti dokumentasi resmi atau data geospasial yang mendukung keberadaan pagar laut sejak tahun tersebut. Analisis gelombang dan arus di Laut Jawa menunjukkan kondisi yang tenang, tidak cukup kuat untuk menyebabkan abrasi besar. Studi menyimpulkan bahwa reklamasi di PIK 2 lebih terkait dengan kepentingan bisnis properti daripada upaya mengatasi abrasi alamiah.
Kesimpulannya, studi ini menegaskan bahwa pergerakan Pulau Jawa ke utara merupakan fenomena alamiah yang disebabkan oleh perbedaan proses sedimentasi dan abrasi di utara dan selatan pulau. Klaim abrasi di utara Jakarta tidak didukung oleh data empiris. Masyarakat diimbau untuk selalu berpedoman pada data ilmiah dan menghindari informasi yang tidak dapat dipertanggungjawabkan.
Catatan: Berita ini disusun berdasarkan informasi yang diberikan, dengan penyesuaian gaya penulisan berita yang cerdas dan profesional. Informasi tambahan seperti tanggal publikasi dan detail lebih lanjut mengenai studi dapat ditambahkan untuk meningkatkan kualitas berita. (Jal/Red)