Gambar Ilustrasi
Jakarta, 18 Januari 2025 – Sebuah buku digital (e-book) berjudul “Kampus Digital Pancasila: Gerakan Mahasiswa Berjiwa Sumpah Pemuda” telah diterbitkan. Buku ini disunting oleh Robinson Togap Siagian, politikus PDI-P dan Ketua Yayasan Kampus Digital Pancasila, merupakan upaya untuk memperkuat pemahaman dan pengamalan Pancasila di kalangan mahasiswa.
Buku ini lahir dari keprihatinan atas melemahnya pemahaman ideologi Pancasila di kalangan mahasiswa, yang dipengaruhi oleh berbagai ideologi transnasional dan gerakan radikalisme yang telah bercokol di kampus-kampus Indonesia selama beberapa dekade terakhir. Siagian mencatat bahwa berbagai organisasi yang berideologi khilafah telah berhasil menyusup ke berbagai sendi kehidupan, termasuk kampus, selama pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Puncaknya, mereka berhasil menjatuhkan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) sebagai Gubernur Jakarta. Keberhasilan Presiden Joko Widodo membubarkan organisasi terlarang seperti HTI dan FPI, menurut Siagian, merupakan langkah penting, namun masih perlu upaya lebih lanjut untuk membersihkan anasir-anasir radikal dari birokrasi negara dan kampus.
Buku ini terbagi menjadi empat bagian utama: Sejarah Lahirnya Pancasila 1 Juni; Pancasila sebagai Ideologi Dasar Negara RI; Profil Soekarno dan Marhaenisme; dan Gerakan Mahasiswa Pancasila Berjiwa Sumpah Pemuda 28 Oktober. Buku ini juga menyertakan kumpulan dokumen sejarah, peraturan perundang-undangan, dan keputusan terkait Hari Lahir Pancasila.
Siagian, yang juga mantan aktivis Mahasiswa Pancasila (Mapancas) dan wartawan senior, menekankan pentingnya mengembalikan peran organisasi kemahasiswaan seperti Mapancas, GMNI, HMI, dan GMKI dalam membina jiwa kebangsaan mahasiswa. Ia juga menyoroti perlunya mengembalikan peran Resimen Mahasiswa (Menwa) dalam menanamkan nilai bela negara. Buku ini diharapkan dapat menjadi literatur pendidikan informal bagi mahasiswa, khususnya aktivis organisasi ekstra kampus, untuk memperkuat komitmen terhadap Pancasila dan UUD 1945.
Siagian menyatakan bahwa Pancasila telah terbukti sebagai perekat bangsa yang mampu mengatasi berbagai pergolakan, termasuk pemberontakan komunis dan gerakan separatis. Ia juga menyoroti pentingnya penegakan hukum yang tegas terhadap korupsi dan kejahatan terorganisir, serta peran Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) dalam mengeluarkan panduan kerja yang berbasis pada Ideologi Pancasila.
Dengan terbitnya buku ini, Siagian berharap agar tidak ada lagi upaya untuk menerapkan Pancasila bersyariah atau NKRI bersyariah, karena negara telah melaksanakan sebagian besar hukum agama, adat, dan profesi. Ia juga mendukung usulan untuk menerapkan hukuman tembak mati bagi koruptor dan bandar narkoba. Buku ini diakhiri dengan seruan “Merdeka! Merdeka! Merdeka!” menunjukkan semangat kebangsaan yang kuat. (Red)