Estetika Etnoreligi Nyanyian Puja Bakti Umat Buddha Mahayana di Wihara Ekayana Arama, Jakarta

Oleh: Rahib Jimmu Goh

Jakarta, 16 Januari 2025 – Di tengah hiruk-pikuk peradaban urban Jakarta yang dinamis, sebuah tradisi religius tetap lestari dan menarik untuk dikaji: Nyanyian Puja Bakti Umat Buddha Mahayana di Wihara Ekayana Arama. Penelitian disertasi oleh rahib Jimmu Goh mengungkap kekayaan estetika etnoreligi yang terkandung dalam nyanyian tersebut, yang merupakan perpaduan unik antara budaya Buddhisme Mahayana Tiongkok dan budaya lokal.

Penelitian ini menggunakan metode etnografi dengan pendekatan interdisiplin, memadukan perspektif antropologi, sosiologi agama, dan kajian etnoreligi. Data dikumpulkan melalui observasi partisipatif dan wawancara dengan bhiksu, tokoh agama, dan umat Buddha Mahayana yang dipilih secara _purposive_ _sampling_ dan _snowball_. Analisis data kualitatif dilakukan dengan menggunakan teori Estetika Timur, teori Etnomusikal, dan teori Semiotika.

Hasil penelitian menunjukkan tiga temuan utama. Pertama, Nyanyian Puja Bakti di Vihara Ekayana Arama dilakukan setiap pagi, siang, sore, dan pada hari-hari penting lainnya. Nyanyian ini, yang berupa lantunan vokal-instrumental dengan iringan musik perkusi, meliputi tahapan wensin, namaskara, gatha pendupaan, vandana, dan gatha pujian. Strukturnya sendiri bertemakan pujian, pertobatan, ajakan, dan harapan.

Kedua, kelangsungan Nyanyian Puja Bakti hingga kini menunjukkan fungsinya yang multi-dimensi. Nyanyian tersebut berfungsi sebagai media penghubung umat dengan Buddha, penguat ikatan sosial antar umat, dan sebagai identitas kebudayaan umat Buddha Mahayana di Wihara Ekayana Arama. Keberadaannya menunjukkan resiliensi budaya religi di tengah modernisasi.

Ketiga, Nyanyian Puja Bakti terus berkembang secara berkelanjutan karena memiliki makna religius, sosial, dan kultural yang kuat. Penelitian ini mengungkap hasil _novelty_ yang diberi nama “_Buddha Ghosa,_” yang mencakup konsep pelaksanaan, struktur, jenis nyanyian, dan komposisi musik iringan Nyanyian Puja Bakti di Wihara Ekayana Arama, Jakarta. Konsep ini memberikan sumbangan berharga bagi pemahaman lebih dalam tentang praktik keagamaan dan ekspresi budaya umat Buddha Mahayana di Indonesia.

Penelitian ini memberikan sumbangan penting dalam memahami dinamika interaksi antara agama, budaya, dan seni dalam konteks Indonesia. Lebih lanjut, penelitian ini membuka jalan bagi penelitian lebih lanjut mengenai ekspresi budaya religius lainnya di Indonesia yang menunjukkan keunikan dan kelangsungannya di tengah perubahan zaman. (Jalal/Red)